Hai, sobat maple! Apa kabar? Semoga
baik-baik dan lebih baik yaa… berikut ini yang bisa saya sharing kepada sobat
maple. Silahkan dikritisi dan semoga bermanfaat.
“Caca…” Winni menatap lirih.
“Cape, ya? “
Winni mengangguk disertai senyum. “Cape apa? Fisik atau
mental?
“Hm, fisik.” Katanya singkat sambil menidurkan kepala pada
tas yang dipangkunya.
Caca mengelus pundaknya, “Disitulah kita letakan kesabaran .
Dengan segala agendamu yang padat, dan dirimu sangat ingin melakukannya bahkan
bersemangat. Tapi mau gimana lagi fisikmu tidak mendukung. Istirahatlah barang
beberapa waktu.” Saran Caca.
Pagi itu langit berwarna senada
dengan pakaian yang dikenakan Caca, biru beradu
putih. Senyum ramahnya laksana mentari menyinari dedaunan. Tangkainya
yang hampir menjuntai pada atap gedung
dengan dua lantai itu, bergesekan satu sama lain sehingga menimbulkan
bebunyian, diterpa semilir angin. Sedari pagi, beberapa kawannya sedang
duduk-duduk di balkon yang terletak tak jauh dari kelas, sembari menunggu dosen
yang tak kunjung tiba.
Kegiatan yang harus diselesaikan
Winni memang cukup padat. Dia harus pintar membagi waktu antara organisasi,
akademik di kampus, dan juga keluarganya. Jangan sampai semuanya tumpang tindih.
Sedari awal Winni tentu sudah mempertimbangkan konsekuensinya.
Hebatnya Winni tak pernah
menampakkan kelelahannya di depan
khalayak. Bibirnya selalu menyunggingkan senyum, tak banyak yang tahu mengenai
kondisi tubuhnya yang memang mudah lelah, mungkin disitu ujiannya.
Seorang ibu yang memiliki anak
berkebutuhan khusus, seperti tunarungu, autism, learning disability, dan lain
sebagainya, disitulah letak ujiannya. Seorang kakak yang memiliki adik yang
“nakal”, disitulah letak ujiannya. Seorang anak yang kedua orang tuanya bercerai, disitulah ujiannya. Seiring berjalannya
waktu, semoga kita lebih belajar untuk meletakkan seporsi sabar pada kenyataan
yang ada di depan mata kita. Berdamai dengan diri kita sendiri, and to do the
best.
Wassalam, sobat maple!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar