Selasa, 03 April 2018

Hal Yang Utama Sebelum Garap Skripsi





“Jangan pernah berharap pada siapapun untuk menyelesaikan skripsi, berusahalah dan tunjukkan kesungguhanmu sesulit apapun itu. Kamu-lah yang dapat menolong dirimu sendiri, atas ijin Allah.”
Hai, sobat maple. Bagaimana kabarnya? Wah nampaknya ada yang sudah mulai mencari referensi untuk judul skripsi, yah?

Bagi beberapa mahasiswa skripsi adalah titik puncak dalam sebuah perkuliahan, dari skripsilah seorang mahasiswa akan ditentukan mencapai garis finish atau tidak. Momok yang menakutkan, bagaimana tidak? Saat ujian disemester lalu, salah atau keliru beberapa soal tak terlalu jadi masalah. Sementara skripsi? Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan sebuah penelitian yang dicetak menjadi skripsi. Apabila terjadi kesalahan, wajib merevisi, revisi dan revisi. Wow, itu bukan pekerjaan yang mudah!

Tapi, skripsi juga bukan pekerjaan yang sulit, bila sudah tau alur dan triknya.
So, apa saja sih langkahnya agar kita enjoy menyelesaikan skripsi?

1. Luruskan niat
Ibarat sebuah perjalanan, kita perlu menentukan niat yang lurus, bersih dan positif. Renungkanlah arti skripsimu, carilah hal positif yang sekiranya dapat membuat hidupmu menjadi lebih baik setelah menyelesaikan skripsi. Misalnya, saya berharap akan lebih menghargai waktu.

2.Minta restu pada orang tua
Dekatilah orang tua, bagaimanapun doa dan restu mereka amat berarti. Jika selama ini hubungun kita kurang baik, mulailah dengan meminta maaf. Jika kedua orang tua kita telah tiada… kirimkan doa untuknya. Ini akan sangat membantu bagi perjalanan mengarugi jungkir balik menyelesaikan skripsi.

3. Pedekate dengan dospem
Beberapa kampus akan memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk memilih dospemnya, akan tetapi ada pula yang sudah ditentukan oleh pihak kampus dengan beberpa pertimbangan seperti kualifikasi dosen atau konsentrasi dosen dsb. Apapun keadaannya, berusahalah untuk menerima itu sebagai sebuah “jodoh” yang layak kita syukuri. 

Dan percayalah itu adalah hal terbaik. Terkadang mahasiswa mengeluh karena merasa dipertemukan dengan dospem yang tak sesuai keinginan. Menyangka bahwa dosen tertentu kurang kompeten, galak, banyak aturan, gak asyik dsb. Dengan siapapun dospem kita, berusahalah untuk melakukan pedekate… pelajari karakternya dan sesuaikan. Jangan berharap dospem akan menyesuaikan diri kita, akan tetapi kitalah yang haarus berusaha menyesuaikan diri. Misalnya, kita sudah paham dospem suka dengan kedisiplinan, maka ketika telah membuat janji, datanglah tepat waktu.

4. Mulai mencari judul yang sreg dihati
The best moment adalah ketika judul skripsi yang sreg di hati, kekinian, referensi lengkap plus dapat acc dospem. Wah, siapa yang mau? Jangan pernah memaksakan judul yang bukan minat kita. Bayangkan, beberpa bulan ke depan kita akan bertemu dengan variabel-variabel yang itu itu lagi, jadi usahakan bidang yang diminati. Akan tetapi jangan menyerah juga apabila menemui variabel yang disarankan dospem, berusaha terlebih dahulu dan tunjukkan kesungguhanmu.
Oya, selain judul. Pastikan bahwa populasi dilapangan menungkinkan jika variabel yang diajukan diangkat menjadi penelitian.

5.Cari mentor
Saat saya menggarap skripsi, setidaknya saya membutuhkan 3 orang mentor. Pertama mentor penelitian, dalam hal ini dospem. Kedua mentor spriritual, dan terakhir mentor lapangan. Mentor tersebut dapat diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan kecocokan yah. Setidaknya saya dapat memperoleh energy dari mentor-mentor jika dalam perjalanan mengalami kendala atau bahkan titik jenuh yang tak terkendali.

Setidaknya ke-empat hal di atas dapat mengawal perjalanan panjang nan melelahkan. Setiap kali mendapati kesulitan, bersabar adalah jalan keluar. Tapi sabar yang tetap berusaha. Bukan melalaikan hal-hal remeh. Jika lelah, beristirahat. Jika jenuh, bersenanglah sejenak, barangkali menikmati secangkir coklat hangat akan sedikit membantu hhe atau hal lain yang yang kamu suka.



Senin, 27 Februari 2017

Memfilter Konten Pornografi pada Gadget Anak

Hai Sobat Maple…

Pada era digital ini, tak sedikit orang tua yang memberikan gadget untuk anak, seperti tablet atau handphone. Ada yang memberikannya khusus untuk anak dan ada juga hanya diberikan fasilitasnya saja atau gadget bersama. Pada beberapa keluarga penggunaan gadget bersama sudah banyak diaplikasikan, misalnya handphone dapat digunakan oleh bunda dan pada moment tertentu digunakan oleh anak. Hal tersebut dirasa lebih aman dan durasi pemakaian dapat dikontrol oleh orang tua.
Terkadang konten porno suka muncul sendiri dan bisa saja anak-anak tanpa sengaja melihatnya. 

Sumber gambar; www.psst.ph

Sobat Maple, bagaimana cara memfilter konten porno pada gadget? Berikut rinciannya…
Untuk Youtube:
11. Buka youtube
22. Pilih tiga titik dipojok kanan atas
33.  Pilih setting/setelan, lalu pilih umum/general
44.  Pilih restricted mode/mode terbatas
55.  Selesai

Untuk Play Store:
11.  Buka Play Store
22.  Pilih menu Setting
33.  Lalu pilih submenu Parental Control
44. Geser tombol On ke posisi kanan
55.  Lalu Set Content Restrictions For This Device, pilih sesuai usia yang diinginkan

Selain cara di atas, Sobat Maple juga dapat menginstal aplikasi tambahan untuk memfilter konten porno seperti Shield My Teen atau Kakatu yang dapat didownload di play store, free!

Oh, ya sekedar informasi nih Sobat Maple… Kakatu adalah sebuah aplikasi yang dirancang oleh Kak Mumu (saya gak tau nama aslinya hehehe). Beliau menuturkan dalam seminar “INTERNET BAIK (Bertanggungjawab, Aman, Inspiratif, Kreatif) membuat aplikasi tersebut berawal dari kebutuhannya sendiri, yap… beliau pernah kecanduan games. Tak sedikit kan games yang mengandung konten kekerasan bahkan pornografi. Walaupun ada juga yang bernilai edukatif.

Menyetting seperti di atas tak lantas seluruhnya aman ya… karena pendampingan orang tua tetap diperlukan. Seperti saat orang tua mengajarkan anak bagaimana mengendarai sepeda, orang tua tak hanya sekedar memberi perlengkapan pelindung seperti helm atau pengaman sikut'kan? tapi didampingi dan diawasi langkah demi langkah. 
Oke Sobat Maple… semoga sharing kali ini bermanfaat dan dapat segera diaplikasikan dalam kehidupan kita. Silahkan tinggalkan jejak, Sobat Maple.






Minggu, 05 Februari 2017

Maaf, Saya Belum Bisa Melamar Kamu….


Hai Sobat Maple,
“Ketika setengahku menjadi setengahmu, dan setengahmu jadi setengahku, boku no soba ni ite kurenai?” romantis banget ya Sobat….

Pernikahan adalah impian bagi banyak orang. Untuk mewujudkannya tentu tak bisa hanya perjuangan seorang diri yah? Bukankah pernikahan itu adalah menyatunya dua insan dalam rumah tangga? Mungkin sobat punya definisi lain tentang pernikahan?

Menurut KBBI, nikah adalah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Betapa bahagianya kita bisa menikah dengan orang yang kita cintai, namun kenyataan tak sedikit juga yang pada akhirnya mencintai orang yang dinikahi. Pernikahan memang bukanlah akhir dari perayaan cinta, namun merupakan gerbang untuk memulai cinta dan misi baru dalam kehidupan.

Sumber Gambar: www.ciricara.com


Lalu apa saja ya yang menyebabkan seorang laki-laki menuda melamar pihak wanita? 
  •  Prioritasnya bukan untuk menikah

Tak sedikit yang sebenarnya telah “mengincar” atau sudah merasa cocok tapi karena pernikahan bukanlah prioritas utama, sehingga tak juga mengunjungi orang tuamu.  Hal-hal seperti ; akan menyelesaikan studi dulu, mengembangkan karier, target melanjutkan studi, merasa belum mapan financial sementara adik-adiknya masih butuh dana sekolah, dsb.
  • Self confidence yang rendah

Laki-laki yang memiliki self confidence  yang rendah atau tidak percaya diri akan mengalami pikiran-pikiran negative. Seperti ketakutan tak direstui, takut tak bisa menafkahi setelah menikah, takut maharnya yang tinggi dan kekhawatiran yang lainnya. Memiliki ketakutan pada sesuatu hal yang belum terjadi memang wajar, yang berbahaya adalah ketakutan tersebut tak bisa dikendalikan. Lalu ketakutan yang seperti apa yang disebut wajar dan positif? Yaitu ketakutan yang ada dalam diri kita, akan tetapi dijadikan motivasi agar hal-hal tersebut dapat diminimalisir. Misalnya, “saya takut tidak mampu menafkahi dia jika sudah menikah karena saya belum mapan secara materi” maka usahanya adalah bekerja sebaik-baiknya dan kelola keuangan dari sekarang.
  •  Belum klik

Seseorang bercerita, “ dia sudah sering datang ke rumah, ngobrol dengan ayah saya, sering diskusi ringan dengan saya, melemparkan kode-kode romantis.  Tapi saat ditanya –kapan melamar?- dia diam.”
Terkadang wanita-wanita itu suka dibawa ge-er  dan baper yah dengan perlakuan atau sikap laki-laki. Tapi jangan melulu menyalahkan kaum hawa yah, kaum adam juga perlu tahu batasan dalam pergaulan dengan non mahram. Jangan dekati dia jika kamu belum ada hajat menikah.


Oke, cukup sekian tulisan saya yang sederhana ini. For your information, ide tulisan ini berasal dari hasil pengalaman berbagai pihak . Jika ada yang Sobat Maple ketahui mengenai alasan laki-laki menunda melamar silahkan dishare. Tinggalkan komentar untuk kritik dan saran. Thanks.

Minggu, 29 Januari 2017

Anak Muda Memang Akan Mengalami Grogi


Hai Sobat Maple,
“Kehidupan seumpama lorong labirin, tak berujung. Setiap langkah memberi sang pengelana pilihan untuk tetap melintas, berhenti atau keluar melalui pintu menuju ke labirin baru, sampai kelak kita tiba di ujung pintu kehidupan-di seberang sana.”(Zhang Zhiyang)

Kehidupan memang hampir selalu memberikan pilihan, jalan mana yang hendak dipilih. Misalnya, saat menghadapi seorang penghujat, pilihan respon apa yang akan sobat ambil? Apakah balik menghujat? Apakah akan pergi begitu saja tapi menyimpan amarah dalam diri? Atau tersenyum dan berusaha bersabar?
It’s your choise!
Sumber: www.wikihow.com

Sebagian dari kita mungkin masih ingat pada masa kecil saat belajar mengendarai sepeda roda dua. Saat itu mungkin kita terjatuh beberapa kali, karena belum terbiasa mengkoordinasikan antara keseimbangan stang dan mengayuh pedal sepeda. Jatuh? Wajar saja, kan? Bagaimana respon/tanggapan kita saat itu? Sebagaian dari kita berhenti sejenak dan mencoba kembali. Sebagaian mungkin langsung bangkit dan tetap mengayuh seolah tidak merasakan sakit yang dialami. Atau sebagian yang lain sama sekali tidak mau mencoba kembali.

Grogi atau merasa takut/canggung, yang dalam bahasa Inggris nervous, memiliki beberapa arti, yakni gelisah, takut dan gugup.
Saat kita berhasil menghadapi sesuatu hal yang baru seperti belajar mengendarai sepeda roda dua, tentu kita akan naik level, yakni bisa mengendarai sepeda roda dua, level sebelumnya mungkin bisa mengendarai sepeda roda tiga. Di sana kita telah mengalami pengalaman keberhasilan, kita telah tumbuh.

Lalu, saat kita beranjak dewasa, kita akan tetap disuguhi segala macam hal baru yang sebenarnya telah memberi petunjuk, bahwa jika kita berhasil menghadapinya dengan baik, maka kita akan naik level. Misalnya, seorang pelajar yang mendapat tugas presentasi didepan kelas. Merupakan hal baru dan belum pernah melakukannya, jika tidak dihadapi dan menghindar dari jadwal presentasi, apa yang terjadi? Bisa saja mendapat nilai tak memuaskan atau reschedule.

Ada seorang pria yang berniat melamar gadis pujaannya, tetapi karena grogi tingkat tinggi bila menghadapi keluarga mempelai, bagaimana niat melamar bisa disampaikan. Respon tersebut merupakan pilihan individu, kan?
Sekali lagi, respon akan mengakibatkan konsekuensi atau dampak.

Jika kita tetap stay pada zona nyaman, maka itu cukup berbahaya, apalagi bagi anak muda. Kata Pak Mario dalam channel youtube Mario TeguhTV,” yang bermasalah itu kalo sudah lama tidak grogi, berarti tidak ada pertumbuhan.”

Jika grogi, hadapi. Dengan sebaik-baiknya tindakan. 

Jika gagal, hadapi. Karena ada pepatah yang mengatakan bahwa kegagalan selalu sementara, menyerahlah yang membuatnya permanen.

inspirasi: Free Your Life, karya Aurelius B. Suryaatmaaja

Kamis, 12 Januari 2017

Bekerja Tanpa Passion?



Melakukan pekerjaan yang kita cintai adalah impian bagi banyak orang. Bagaimana tidak? Orang yang mendapat pekerjaan sesuai passion, akan bekerja dengan segenap jiwa. Ada istilah "passion adalah makanan bagi jiwa". Bahkan Kang Ridwan Kamil pernah berujar, " pekerjaan yang paling menyenangkan di dunia adalah hobi yang dibayar." Tentu saja disamping ibarat menjalankan hobi, bayaran bisa jadi dianggap sebagai bonus. Wah, beruntung sekali orang-orang yang dapat bekerja sesuai passion.

gambar: blog STIKOM Surabaya

By the way, ada yang belum tahu apa sih sebenarnya passion itu? Singkatnya passion adalah ketertarikan atau hasrat atau panggilan jiwa yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu atau sebuah bidang. Misalnya, ada seseorang yang passion-nya dibidang pelayanan, seperti relawan atau membantu orang lain. Bila melakukan hal yang sesuai dengan passionnya, seseorang akan merasa menjadi diri yang lebih bermakna, dan bekerja dengan senang hati. Contoh lain, seseorang yang punya passion dibidang seni atau alam. Pekerjaan sebagai seorang pelukis tentu sangat menyenangkan jika hal tersebut memang passion-nya, kan? 

Akan tetapi tak semua orang mendapat atau memilih pekerjaan sesuai dengan passionnya ya Sobat Maple, kehidupan ini terlalu kompleks. Eit, bisa jadi kamu adalah orang yang sedang menuju pada passion kamu? 

Seorang anak sulung bisa saja melakukan perkerjaan lain untuk mendapatkan beberapa lembar rupiah, demi adik-adiknya yang masih kecil. Ia rela melakukan pekerjaan apapun yang penting halal. Misalnya karena kesejahteraan ekonomi keluarganya yang rendah, sementara tingkat pendidikan juga rendah. 

Namun, apabila menemui kasus yang seperti ini, kita masih dapat melihat sudut positif yang lain, kok. Bekerja tidak melulu bicara perihal passion.

Kita bisa lihat, dengan melakukan pekerjaan tanpa passion karena tak punya pilihan lain, disitulah seseorang diuji kesabarannya. Ada pihak lain, yakni adik-adiknya yang ia bahagiakan dengan sederhana. 

Pepatah ini cukup tersohor, "cintailah apa yang kamu kerjakan, dan kerjakanlah apa yang kamu cintai." Ini semua tentang pilihan, tak melulu soal passion.

Namun, bila peluang memilih pekerjaan sesuai passion terbentang luas, mengapa tak dipertimbangkan?

Apa Sobat Maple telah menemukan passion-mu?

*coretan sederhana, silahkan dikoreksi :)







Kamis, 16 Juni 2016

Menentukan Prioritas


Dear sobat maple....
Dua belas hari telah dilalui, garis ramadhan masih kita tapaki. Dalam kehidupan sehari-hari tentu banyak sekali stimulus entah yang disadari ataupun tidak. Terkadang kita kewalahan sendiri. ingin ini tapi ingin itu juga, yap! Siapa diantara kita yang terbiasa multitasking? Apa itu multitasking?

Mungkin sudah tak asing lagi ya dengan istilah itu. Sederhananya, multitasking itu melakukan lebih dari satu kegiatan dalam satu waktu yang sama. Misalnya, sobat maple makan siang di tempat makan yang kebetulan ada fasilitas wi-fi, kemudian sobat maple sembari menyantap hidangan, sambil chat atau upload photo-photo liburan. Nah! "Lumayan kan, mumpung gratisan." Hehehe

Contoh lain tentu banyak, bahkan tanpa kita sadari. 


Sumber gambar: www.ilmuekonomi.net

Namun, pada banyak kesempatan kita dituntut untuk menentukan prioritas, mana yang hendak dikerjakan terlebih dahulu, mana yang mendesak, mana yang tidak mendesak, mana yang penting dan mana yang genting. Untuk mempermudah alokasi pilihan, kita beberapa orang menggunakan alat bantu. Misalnya dengan laptop atau catatan harian. 

Kita perlu menyisihkan waktu untuk menentukan mana yang sebaiknya perlu dikerjakan terlebih dahulu. Contoh ilustrasi, ada seorang mahasiswa. Ia sedang hangat-hangatnya menggemari dunia tulis-menulis. Pada saat mengakses media sosial, muncul berbagai tawaran event-event dengan berbagai tema, deadleninya juga beragam. Sementara pada waktu yang sama, ia juga akan dihadapkan pada ujian akhir semester, lengkap dengan tugas-tugas berupa paper maupun laporan kegiatan mata kuliah. Coba sobat maple bayangkan.... Kira-kira prioritas mana yang akan diambil?

Rabu, 25 Mei 2016

Memorandum Affan


Sore ini, aku kembali ke rumah Affan. Lambaian dedaunan yang berjejer di pinggir jalan seolah menyemangatiku untuk terus berjalan. Lelah. Tapi senyumku terus menyungging. Bibi Umy menyuruhku datang, setelah kemarin aku ikut merajut di rumahnya. Katanya rajutanku bagus. Padahal aku baru belajar merajut dari Bibi. Mungkin itu hanya sanjungan saja, agar aku lebih rajin belajar merajut.
Sesampainya di rumah Bibi, kulihat sepeda motor Affan masih terparkir didekat pohon mangga. Dengan berat hati, ku ketuk pintu berwarna hijau itu. “Assalamualaikum..”, sekali dua kali salamku tak mendapat jawaban. Aku tahu Affan ada didalam. Dia memang enggan untuk bertatap muka denganku.
Sembari menunggu Bibi Umy, aku memilih duduk dikursi rotan tepat di samping sepeda motor Affan diparkir.  Tak ada rasa bosan yang menjangkitiku kala itu. Aku senang bisa berada di rumah sederhana itu. Dikelilingi beberapa pohon buah, bunga-bunga cantik, menenangkan jiwa yang sebenarnya hampir resah ini.
“Affan itu orang yang rapi banget neng, cuma dia gak banyak ngomong”, cerita Bibi suatu hari. Aku senang mendengar Bibi bercerita tentang Affan, walau sebenarnya aku tak pernah meminta. Selalu berhasil tersungging senyum, saat aku mendengarkan cerita tentang pria pendiam itu.
Aahh...lama juga aku menunggu ditaman, dan Affan tak keluar sedikitpun. Mungkin Bibi lupa kalau hari aku datang lagi sesuai permintaannya. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 4.15 wib. Saat langkahku mulai menjauh dari rumah Bibi, kutengok sekali lagi rumah asri itu. Membisu, bahkan dedaunanpun enggan melambai.
“Azma..!!”, terdengar teriakan dengan suara yang cukup asing di telingaku. Aku menghentikan langkah. Affan berlari kecil menghampiriku tepat saat aku membalikkan badan menghadap rumah Bibi. Aku masih tak percaya bahwa yang ada di hadapku itu Affan, aku mengulur senyum. Affan mengatur napas. Perawakannya yang lebih tinggi dariku memaksa wajahku mendongak.  Kulitnya yang kecoklatan tampak bersinar diterpa mentari sore. Aku tertunduk, menyembunyikan senyum.
“Maaf, barusan Ibu telfon,” katanya memulai percakapan.”Ibu baru bisa pulang besok, di sana hujan deras”, dia melanjutkan. Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah ku dengar dari seorang Affan. “Oh yaa.. gak apa-apa. Mungkin lain kali aja aku kesini lagi untuk belajar”, jawabku. “Besok”, Affan langsung menyundul jawabanku. Aku hanya mengangguk dan berlalu setelah salam.
Sepanjang perjalanan pikiranku mengulang kalimat Affan, lagi dan lagi. Pikiran tentang Affan tiba-tiba berjatuhan, menghantam perjalananku. Perasaan apa ini, aku tak mengerti. 
Kemarin, Bibi Umy bercerita bahwa sepupu Affan dari Bogor akan berlibur ke rumah Bibi. Dan Bibi yang akan menjemputnya. Tentu aku tahu beberapa sepupu Affan. Mungkin sekarang sudah besar-besar, terakhir aku bermain bersama mereka dua tahun yang lalu, saat aku ikut Abang kepernikahan paman Affan di Bogor. Dan saat itu juga aku pertama kali bertemu dengan Affan.
**
Pagi ini, pekerjaan rumahku lebih cepat selesai. Sehingga siangnya aku bisa langsung ke rumah Bibi. Langit begitu cerah, beberapa anak tampak saling kejar, tertawa lepas, bersenda gurau. Aku ditemani bayanganku terus melangkah menerjang teriknya hari. 
Dikejauhan, ku lihat sesosok wanita berkerudung merah duduk dikursi taman, persis ketika kemarin aku menunggu Bibi. Langkahku sengaja kupelankan, sambil meraba sosok itu. Dari balik pintu hijau itu, Affan muncul membawa nampan berisi beberapa gelas, menuju taman. 
“Teh Azma..”, kudengar suara anak kecil memanggilku. Dia langsung memeluk, aku kaget dan kulihat  mata Affan tertuju kearahku dan seorang gadis kecil berambut keriting. Aku tertegun cukup lama, sebelum akhirnya menyadari gadis itu. “Ais, kamu di sini ?” kataku sambil membungkukkan badan, membalas peluknya. “Iya teh, kemarin aku dijemput Bibi”,jawabnya. Setiap liburan sekolah Ais selalu ke rumah Bibi Umy, dan aku salah satu teman bermainnya. 
Ais menarik tanganku menuju taman, seolah mengantarkanku pada Affan. “Hei…Azma”, kata wanita berkerudung merah bangkit dari duduknya. “Gue Lisa, masih inget kan?”, lanjutnya. Lisa. Otakku berpikir keras mengobrak-abrik ingatan. “Ya, sekarang gue pake kerudung ”, lanjutnya meyakinkan  saat mendapatiku tertegun. Apa?, Lisa teman sebangku ku saat SMP ? Sedang apa dia dengan Affan ?.
Affan tak bicara. Sementara tangan kananku masih berada digenggaman Ais. “Abang abang Ais mau maen dulu ya sama teh Azma, dadah abang”, katanya polos bernada manja dan langsung menarikku ke dalam rumah. Kulihat Affan hanya tersenyum sejurus dengan lambaian tangannya, kaku.
**
Aku masih bertanya-tanya tentang Lisa. Aku mengenalnya sebagai gadis yang pintar, humoris dan selalu berpakaian seperti anak laki-laki, tapi itu dulu. Sekarang, dia berkerudung dan tampak lebih cantik. Tawanya yang renyah bahkan sampai terdengar ke dalam rumah. Dan Affan menimpalinya. Affan yang selama ini ku kenal pendiam.
Ais mengalihkan perhatiaanku, kami berwara wiri. Membicarakan acara teve, kucing kesayangannya, dan dengan heboh Ais bercerita tentang teman sekolah yang katanya menyebalkan. Aku hanya menggulum senyum menyaksikan Ais yang sudah tumbuh menuju remaja itu. Sejenak melupakanku tentang Affan.
Bibi Umy bergabung dengan membawa bahan rajutan. “ Maaf ya neng, kemaren Bibi gak bisa pulang, ujannya deres banget”, katanya mendahului pembicaraan. “Iya gak apa-apa, Bi”, kataku sambil menciun tangan “Kemaren makanya Bibi telfon Affan biar menyuruh eneng pulang”, sambung Bibi meletakkan bahan rajutan di karpet biru tua. “Lisa sama Ais mau nginep disini…”, kata Bibi.
Tarikan napasku rupanya tak digubris alam, terlalu bising oleh suara teve. Namun rupanya Bibi begitu perhatian dan menjawab kegelisahaanku, tanpa dipinta. “Kamu lupa?” Bibi menghentakkan punggungku dengan lembut. Aku menatap Bibi. Lekat. Berharap aku tak perlu  bercerita panjang lebar tentang yang kurasakan ini.
“Apa, Bi?” aku balik bertanya. “Lisa tak bisa merajut”, jawaban Bibi terasa menggantung. Aku bahkan tidak tahu kalau Lisa juga tidak bisa merajut. Sama sepertiku, tapi setelah tiga pekan belajar merajut bersama Bibi, aku mulai menyukainya.
**
13.07 wib
Aku masih di rumah. Langkahku tak bersemangat.